Senin, 17 November 2014

Edisi Patah Hati



Aku sudah membiarkan diriku terpuruk..
Membiarkan kesedihan yang menumpuk,
Terpecah
Aku mengalah..
Mengizinkan tubuh mengeluarkan reaksi
Atas kecewa pada diri pribadi
Menangis sesenggukan
Gemetar tak terelakkan

Terinspirasi dari video bang Raditya Dika yang diberi judul Kepada Orang yang Baru Patah Hati, narasi yang dibacakan klop banget sama animasi yang disodorkan. Momentnya juga pas banget sama saya yang emang lagi patah hati tingkat dewa. Saya ditinggal pergi sama dia yang saya pikir serius ingin menghabiskan hidupnya dengan saya. Kami tidak sedang pacaran, baru sampai di tahap pendekatan saja, tapi ternyata saya salah. Ibarat saya tau ada lomba, saya sedang mempersiapkan diri untuk mendaftar, saat saya akan ikut, ternyata pendaftaran sudah ditutup tanpa saya tau kapan batas akhir pendaftarannya, bahkan sudah diumumkan siapa pemenangnya. Mungkin saya kurang teliti dan terlalu lama mengulur waktu. Selama seminggu lebih dua hari saya benar-benar membiarkan diri saya sepenuhnya dikuasai oleh kesedihan yang mendalam. Saya diam sejuta bahasa, tidak bicara banyak layaknya saya yang super duper cerewetnya, saya belum pernah bertingkah seaneh ini sebelumnya. Selama satu minggu lebih juga saya tidak membiarkan diri saya bertemu dengan dunia luar, benar-benar menutup diri di kamar. Sempat membuat orang sekitar bertanya-tanya ada apa dengan (hati) saya? Sungguh saya tidak pernah berniat membuat mereka yang peduli dan sayang pada saya, menanyakan “kamu kenapa? Kok lesu begitu?” bahkan teman yang tidak dekat dan lama tak bertemu, sekali bertemu ia menanyakan “what’s wrong with you?” saya kaget, darimana dia bisa tau kalau saya sedang dalam keadaan tidak baik padahal baru sedetik menatap. “air mukamu keruh, terlihat jelas begitu” katanya. Saya hanya bisa tersenyum menanggapi. Dalam rangka menyembuhkan penyakit yang sedang bersarang di hati saya (sakit hati.red), saya pergi karaoke, teriak-teriak memuaskan hati. Tapi perlahan saya sadar saya tidak bisa selamanya seperti itu. Istilahnya saya harus move on. Saya mulai berbenah diri, saya potong rambut, saya creambath, saya facial, saya pijat, saya benar-benar memanjakan tubuh saya, membiarkan ia terawat seperti seharusnya. Saya tata ulang desain kamar, saya mau semuanya baru. Saya bangkit, seperti kata bang Radit di narasinya, “Lihatlah dirimu di depan cermin, dan bersenandunglah .. lalu diantara nada-nada itu bisikkanlah pada dirimu sendiri, aku pantas untuk bahagia” kemudian saya menatap cermin dan besenandung, diselasela senandung itu, saya bisikkan kalimat “saya pantas untuk bahagia” itu kalimat yang paling saya suka. Saya tidak mau lagi menatap ke belakang, biarkan itu menjadi sesuatu yang mungkin saja suatu saat saya tiba-tiba ingat dan saya tetap bisa tersenyum dengan itu J bahkan saya tutup akun fesbuk saya yang lama kemudian membuat akun baru, fesbuk lama saya terlalu banyak yang berkaitan dengannya. Iya, dia yang membuat hati saya patah bahkan menjadi beberapa keping. Saya meng-add kembali teman-teman yang baik untuk saya, mengisinya dengan status-status yang lebih berguna, setidaknya untuk diri pribadi saya. Ketika saya sudah dalam keadaan yang stabil, saya lebih bisa menceritakan hal berharga apa yang telah menimpa saya seminggu ini, saya ceritakan sedetail mungkin kepada dua sahabat saya setelah sebelumnya kepada salah satu dari mereka saya pernah menangis spontan tanpa memberi tahu apa penyebabnya. Dan yaa.. mengalirlah cerita saya. Tanggapan mereka sama, bedanya Nisa dengan penjelasan dan pertanyaannya yang seabreg, meyakinkan perasaan saya dan Nur dengan komentar pedasnya. “sialan!” begitu katanya. Saya tertawa getir mendengar itu. Rasanya tidak adil mendengar cerita hanya dari sisi saya saja, tapi dia juga tak menggunakan kesempatan yang diberikan untuk menjelaskan. Saya bisa apa? Haha.. yasudahlah..
Jika nanti dia kembali? Saya harus bagaimana? Saya tidak mau terlalu menutup hati saya, termasuk untuknya, tentang kesempatan yang mungkin saya berikan, saya tidak bilang begitu. Tergantung bagaimana nanti dia menjelaskan. Ada yang masih perlu untuk kami selesaikan, atau kami tidak usah bertemu lagi.
Saat ini, saat saya menulis ini, saya dalam keadaan yang benar-benar baik, saya bisa mengambil pelajaran bahwa tidak semua yang kita beri bisa kembali dengan hal yang sama. Tuhan tidak tidur. Ia pasti mengembalikan setiap pemberian kita sekecil apapun itu dengan yang setimpal, meskipun mungkin dalam bentuk yang berbeda. Dalam hal ini, dia juga mendapatkan orang yang mencintainya sama seperti dia mencintainya yang mungkin saya tidak punya cinta sebesar itu untuknya. Saya juga, dari sini saya sadar bahwa teman-teman benar-benar menyayangi saya dan ingin melindungi saya dari kesakithatian, bukan dengan menghibur saya, tapi dengan membiarkan saya melepaskan kesedihan dan mereka selalu ada disisi saya. Lina bilang “I believe Allah has the best one for you” , saya juga percaya, mungkin dengan cara seperti inilah Allah memberitahu saya bahwa memang dia diciptakan bukan untuk saya J
Dengan ini mudah-mudahan saya bisa terus memperbaiki diri, semakin mendekatkan diri pada Allah, dan mendapatkan yang baik, yang memang Allah ciptakan untuk menemani hidup saya, selamanya ., aamiin.

GunungKidul, 14 November 2015
At the most favorite corner in my room – in a rainy night J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar