Minggu, 30 November 2014

Bukan Teman Biasa



Anisah Haidaratul Hanifa..
Namanya indah ya? Seindah akhlaqnya. Aamiin ^^
Dia adalah sahabatku sejak pertama aku kuliah di Yogyakarta. Berawal dari halaqah yang samasama kami ikuti, ditambah lagi kami teman satu kelas, kami putuskan bahwa kami berdua cocok. Haida begitu aku biasa memanggilnya, dengan kepribadian yang cenderung introvert, tidak banyak bicara berbeda sekali denganku yang blak-blakan, bicara sanasini. Kalau kami sedang berdua, selalu aku yang banyak bicara bercerita banyak hal dan dengan antusias Haida mendengarkan. Tidak jarang juga dia menanggapi dengan hanya beberapa kata tapi, jleb! Bikin aku cuma bisa senyum lega menanggapi. Aku senang kalau kami sedang berdua, jika aku diam tanpa cerita, Haida pasti memancing dengan pertanyaan singkat yang membuatku bisa nyerocos sampe berjam-jam. Apalagi jika aku sedang dalam keadaan tidak normal, entah karena down sekali atau up sekali, haida benar-benar menyiapkan kedua telinganya dengan baik. Lain jika haida yang sedang merasa kurang baik, dia hanya diam dan aku cukup berada disampingnya, ikut diam. Haha~ sekali lagi, haida bukan orang yang heboh ketika mengekspresikan sesuatu dalam action, dia lebih memilih menuangkan apa yang dia rasakan dalam bentuk tulisan. Haida pintar dalam mengolah kata menjadi sebuah tulisan yang indah. Aku samasekali tidak bisa.
Bisa mendengarkan satu sama lain dengan baik, sering bertemu berdua dan menghabiskan waktu bersama bukan berarti kami tanpa problem. Kami pernah marahan, jika sedang marahan, sering sekali aku yang memulainya. Bukan sering. Sepertinya memang setiap marahan, akulah yang memulai. Aku lebih banyak tidak terimanya jika dia begini, dia begitu.. sudah berapa kali ya kami marahan? Maksudku aku marah padanya. Haha..

Haida punya cara sendiri bagaimana menghadapi aku yang sedang marah padanya. Bagaimana? Dia diam. Seperti seolah tak terjadi apa-apa. Itu bukan tanpa alasan. Haida memang membiarkanku meluapkan kemarahan. Dan dia tahu kapan kemarahanku akan reda, saat itulah dia bicara denganku, entah secara langsung atau lewat surat. Satu kalimat yang sangat aku sukai dari haida adalah ketika dia bilang “Ma, kamu tau aku sayang banget sama kamu..”
Iya Da, aku tau kok :’)
Begitulah, aku berharap kami bisa menjadi teman baik yang saling menyayangi, saling mengingatkan dalam segala hal .. sampai nanti. Sampai kami punya kehidupan masing-masing, sampai kami meraih kesuksesan kami masing-masing, sampai kami kembali kepada pencipta kami. Aamiin.
Yogyakarta, 28 November 2014 in the middle of my part time ^^

Senin, 17 November 2014

Edisi Patah Hati



Aku sudah membiarkan diriku terpuruk..
Membiarkan kesedihan yang menumpuk,
Terpecah
Aku mengalah..
Mengizinkan tubuh mengeluarkan reaksi
Atas kecewa pada diri pribadi
Menangis sesenggukan
Gemetar tak terelakkan

Terinspirasi dari video bang Raditya Dika yang diberi judul Kepada Orang yang Baru Patah Hati, narasi yang dibacakan klop banget sama animasi yang disodorkan. Momentnya juga pas banget sama saya yang emang lagi patah hati tingkat dewa. Saya ditinggal pergi sama dia yang saya pikir serius ingin menghabiskan hidupnya dengan saya. Kami tidak sedang pacaran, baru sampai di tahap pendekatan saja, tapi ternyata saya salah. Ibarat saya tau ada lomba, saya sedang mempersiapkan diri untuk mendaftar, saat saya akan ikut, ternyata pendaftaran sudah ditutup tanpa saya tau kapan batas akhir pendaftarannya, bahkan sudah diumumkan siapa pemenangnya. Mungkin saya kurang teliti dan terlalu lama mengulur waktu. Selama seminggu lebih dua hari saya benar-benar membiarkan diri saya sepenuhnya dikuasai oleh kesedihan yang mendalam. Saya diam sejuta bahasa, tidak bicara banyak layaknya saya yang super duper cerewetnya, saya belum pernah bertingkah seaneh ini sebelumnya. Selama satu minggu lebih juga saya tidak membiarkan diri saya bertemu dengan dunia luar, benar-benar menutup diri di kamar. Sempat membuat orang sekitar bertanya-tanya ada apa dengan (hati) saya? Sungguh saya tidak pernah berniat membuat mereka yang peduli dan sayang pada saya, menanyakan “kamu kenapa? Kok lesu begitu?” bahkan teman yang tidak dekat dan lama tak bertemu, sekali bertemu ia menanyakan “what’s wrong with you?” saya kaget, darimana dia bisa tau kalau saya sedang dalam keadaan tidak baik padahal baru sedetik menatap. “air mukamu keruh, terlihat jelas begitu” katanya. Saya hanya bisa tersenyum menanggapi. Dalam rangka menyembuhkan penyakit yang sedang bersarang di hati saya (sakit hati.red), saya pergi karaoke, teriak-teriak memuaskan hati. Tapi perlahan saya sadar saya tidak bisa selamanya seperti itu. Istilahnya saya harus move on. Saya mulai berbenah diri, saya potong rambut, saya creambath, saya facial, saya pijat, saya benar-benar memanjakan tubuh saya, membiarkan ia terawat seperti seharusnya. Saya tata ulang desain kamar, saya mau semuanya baru. Saya bangkit, seperti kata bang Radit di narasinya, “Lihatlah dirimu di depan cermin, dan bersenandunglah .. lalu diantara nada-nada itu bisikkanlah pada dirimu sendiri, aku pantas untuk bahagia” kemudian saya menatap cermin dan besenandung, diselasela senandung itu, saya bisikkan kalimat “saya pantas untuk bahagia” itu kalimat yang paling saya suka. Saya tidak mau lagi menatap ke belakang, biarkan itu menjadi sesuatu yang mungkin saja suatu saat saya tiba-tiba ingat dan saya tetap bisa tersenyum dengan itu J bahkan saya tutup akun fesbuk saya yang lama kemudian membuat akun baru, fesbuk lama saya terlalu banyak yang berkaitan dengannya. Iya, dia yang membuat hati saya patah bahkan menjadi beberapa keping. Saya meng-add kembali teman-teman yang baik untuk saya, mengisinya dengan status-status yang lebih berguna, setidaknya untuk diri pribadi saya. Ketika saya sudah dalam keadaan yang stabil, saya lebih bisa menceritakan hal berharga apa yang telah menimpa saya seminggu ini, saya ceritakan sedetail mungkin kepada dua sahabat saya setelah sebelumnya kepada salah satu dari mereka saya pernah menangis spontan tanpa memberi tahu apa penyebabnya. Dan yaa.. mengalirlah cerita saya. Tanggapan mereka sama, bedanya Nisa dengan penjelasan dan pertanyaannya yang seabreg, meyakinkan perasaan saya dan Nur dengan komentar pedasnya. “sialan!” begitu katanya. Saya tertawa getir mendengar itu. Rasanya tidak adil mendengar cerita hanya dari sisi saya saja, tapi dia juga tak menggunakan kesempatan yang diberikan untuk menjelaskan. Saya bisa apa? Haha.. yasudahlah..
Jika nanti dia kembali? Saya harus bagaimana? Saya tidak mau terlalu menutup hati saya, termasuk untuknya, tentang kesempatan yang mungkin saya berikan, saya tidak bilang begitu. Tergantung bagaimana nanti dia menjelaskan. Ada yang masih perlu untuk kami selesaikan, atau kami tidak usah bertemu lagi.
Saat ini, saat saya menulis ini, saya dalam keadaan yang benar-benar baik, saya bisa mengambil pelajaran bahwa tidak semua yang kita beri bisa kembali dengan hal yang sama. Tuhan tidak tidur. Ia pasti mengembalikan setiap pemberian kita sekecil apapun itu dengan yang setimpal, meskipun mungkin dalam bentuk yang berbeda. Dalam hal ini, dia juga mendapatkan orang yang mencintainya sama seperti dia mencintainya yang mungkin saya tidak punya cinta sebesar itu untuknya. Saya juga, dari sini saya sadar bahwa teman-teman benar-benar menyayangi saya dan ingin melindungi saya dari kesakithatian, bukan dengan menghibur saya, tapi dengan membiarkan saya melepaskan kesedihan dan mereka selalu ada disisi saya. Lina bilang “I believe Allah has the best one for you” , saya juga percaya, mungkin dengan cara seperti inilah Allah memberitahu saya bahwa memang dia diciptakan bukan untuk saya J
Dengan ini mudah-mudahan saya bisa terus memperbaiki diri, semakin mendekatkan diri pada Allah, dan mendapatkan yang baik, yang memang Allah ciptakan untuk menemani hidup saya, selamanya ., aamiin.

GunungKidul, 14 November 2015
At the most favorite corner in my room – in a rainy night J

Senin, 03 November 2014

Pehape? Uhuk~



Jatuh cinta itu indah sekali yaa? Perasaan yang berbunga-bunga dan senyum yang mengembang setiap harinya. Apapun bisa dilakukan oleh orang yang sedang dijatuhi cinta, segala sesuatu tentang orang yang dicintainya menjadi sempurna, ia lah satu-satunya, tak ada yang lain yang seperti dia. Perkara yang dijatuhi cinta itu membalas atau tidak, urusan belakangan, yang penting karena jatuh cinta, orang bisa jadi lebih bahagia, lebih termotivasi hidupnya, setidaknya untuk dirinya sendiri. Untuk yang perempuan, mungkin dia jadi lebih rapi dan wangi dalam berpenampilan, kalau yang sebelumnya tidak terlalu perduli dengan penampilan, cenderung cuek, setidaknya dengan tujuan untuk lebih enak dipandang atau orang disekitarnya bisa lebih nyaman. Untuk yang laki-laki, mungkin dia menjadi pribadi yang lebih perhatian kepada yang ia jatuhi cinta tentunya, atau kalau memang dia orang yang baik, perhatian kepada orang  yang dijatuhi cinta lebih terlihat dibanding perhatiannya kepada orang lain. Bicara tentang perhatian, akhir-akhir ini banyak sekali teman-temanku yang bertanya, bagaimana sih seharusnya menyikapi perhatian yang orang lain berikan kepada kita, dalam hal ini, supaya tidak ada salah paham dalam mengartikan perhatian itu, karena kalau sampai salah mengartikannya, bisa berujung dengan istilah php atau pemberi harapan palsu yang lagi marak banget sekarang ini. Kok bisa sih ada php kayak gitu? Beberapa teman yang aku tanyai tentang bagaimana php itu bisa merajalela, mereka menjawabnya dengan bervariasi. Nisa bilang, “Nggak akan ada php yaa kalo kitanya nggak ngarep, jadi php karena kita itu udah berharap lebih dari yang diberikan. Ya gimana nggak ngaggep php kalau pas kita ngarepnya dikasih ini, ternyata si dia nggak nyampe situ, paham?” haha, aku tertawa sambil manggut-manggut. Ya emang bener begitu. Kalau aja kita nganggep perhatian yang diberikan itu adalah bentuk kepedulian sesama manusia, semua akan aman saja, kalau toh si dia berniat memberikan perhatian lebih, pasti akan ada sinyal lebih juga :]. Kata Nana beda lagi, aku pernah baca tulisan dalam sebuah foto yang ia share dalam facebooknya, “adanya php karena GR yang berhari-hari” Nana menambahi keterangan dalam foto itu, -guling2, ngakak ..- begitu katanya. Akupun ketika membaca cuma bisa senyum dan ngakak dalam hati. GR itu emang bahaya ya? Apalagi kalau GRnya itu nggak terbukti. Duhh -_- sakitnya tuh disini *nunjuk-nunjuk hatimu. #Eeeaa ^^ udah mikir macem-macem tentang si dia yang “ehh kok dia gini yaa?” , “ehh dia kok gitu yaa? Jangan-jangan …” aduh. Mending jangan dehh, jangan diterusin. Entar sakit lho, bener dehh. Intinya, tanggepin semua perhatian yang orang berikan padamu sebagai suatu kebaikan, kalau kata Lulu, temanku, “kebaikan seseorang jangan dipertanyakan.” Jangan juga biarkan dirimu membuat asumsi sendiri yang membuat harapan-harapan itu dan rasa GR itu semakin besar, jangan biarkan dirimu yang berharga punya peluang sakit hati yang gede akibat ulah sendiri. Sanyangi dirimu dengan menghargainya, bahagia yang biasa saja dengan mensyukuri hal-hal yang sederhana, supaya kalau sedih juga nggak makan waktu yang lama. Semangat! :’D