Aku sudah
membiarkan diriku terpuruk..
Membiarkan
kesedihan yang menumpuk,
Terpecah
Aku mengalah..
Mengizinkan tubuh
mengeluarkan reaksi
Atas kecewa pada
diri pribadi
Menangis
sesenggukan
Gemetar tak
terelakkan
Terinspirasi dari
video bang Raditya Dika yang diberi judul Kepada Orang yang Baru Patah Hati,
narasi yang dibacakan klop banget sama animasi yang disodorkan. Momentnya juga
pas banget sama saya yang emang lagi patah hati tingkat dewa. Saya ditinggal
pergi sama dia yang saya pikir serius ingin menghabiskan hidupnya dengan
saya. Kami tidak sedang pacaran, baru sampai di tahap pendekatan saja, tapi
ternyata saya salah. Ibarat saya tau ada lomba, saya sedang mempersiapkan diri
untuk mendaftar, saat saya akan ikut, ternyata pendaftaran sudah ditutup tanpa
saya tau kapan batas akhir pendaftarannya, bahkan sudah diumumkan siapa
pemenangnya. Mungkin saya kurang teliti dan terlalu lama mengulur waktu. Selama
seminggu lebih dua hari saya benar-benar membiarkan diri saya sepenuhnya
dikuasai oleh kesedihan yang mendalam. Saya diam sejuta bahasa, tidak bicara banyak
layaknya saya yang super duper cerewetnya, saya belum pernah bertingkah seaneh
ini sebelumnya. Selama satu minggu lebih juga saya tidak membiarkan diri saya
bertemu dengan dunia luar, benar-benar menutup diri di kamar. Sempat membuat
orang sekitar bertanya-tanya ada apa dengan (hati) saya? Sungguh saya tidak
pernah berniat membuat mereka yang peduli dan sayang pada saya, menanyakan
“kamu kenapa? Kok lesu begitu?” bahkan teman yang tidak dekat dan lama tak
bertemu, sekali bertemu ia menanyakan “what’s wrong with you?” saya kaget,
darimana dia bisa tau kalau saya sedang dalam keadaan tidak baik padahal baru
sedetik menatap. “air mukamu keruh, terlihat jelas begitu” katanya. Saya hanya
bisa tersenyum menanggapi. Dalam rangka menyembuhkan penyakit yang sedang
bersarang di hati saya (sakit hati.red), saya pergi karaoke, teriak-teriak
memuaskan hati. Tapi perlahan saya sadar saya tidak bisa selamanya seperti itu.
Istilahnya saya harus move on. Saya mulai berbenah diri, saya potong rambut, saya
creambath, saya facial, saya pijat, saya benar-benar memanjakan tubuh saya,
membiarkan ia terawat seperti seharusnya. Saya tata ulang desain kamar, saya
mau semuanya baru. Saya bangkit, seperti kata bang Radit di narasinya, “Lihatlah
dirimu di depan cermin, dan bersenandunglah .. lalu diantara nada-nada itu
bisikkanlah pada dirimu sendiri, aku pantas untuk bahagia” kemudian saya
menatap cermin dan besenandung, diselasela senandung itu, saya bisikkan kalimat
“saya pantas untuk bahagia” itu kalimat yang paling saya suka. Saya tidak mau lagi
menatap ke belakang, biarkan itu menjadi sesuatu yang mungkin saja suatu saat
saya tiba-tiba ingat dan saya tetap bisa tersenyum dengan itu J bahkan
saya tutup akun fesbuk saya yang lama kemudian membuat akun baru, fesbuk lama
saya terlalu banyak yang berkaitan dengannya. Iya, dia yang
membuat hati saya patah bahkan menjadi beberapa keping. Saya meng-add kembali
teman-teman yang baik untuk saya, mengisinya dengan status-status yang lebih
berguna, setidaknya untuk diri pribadi saya. Ketika saya sudah dalam keadaan
yang stabil, saya lebih bisa menceritakan hal berharga apa yang telah menimpa
saya seminggu ini, saya ceritakan sedetail mungkin kepada dua sahabat saya
setelah sebelumnya kepada salah satu dari mereka saya pernah menangis spontan
tanpa memberi tahu apa penyebabnya. Dan yaa.. mengalirlah cerita saya.
Tanggapan mereka sama, bedanya Nisa dengan penjelasan dan pertanyaannya yang
seabreg, meyakinkan perasaan saya dan Nur dengan komentar pedasnya. “sialan!”
begitu katanya. Saya tertawa getir mendengar itu. Rasanya tidak adil mendengar
cerita hanya dari sisi saya saja, tapi dia juga tak menggunakan
kesempatan yang diberikan untuk menjelaskan. Saya bisa apa? Haha.. yasudahlah..
Jika nanti dia
kembali? Saya harus bagaimana? Saya tidak mau terlalu menutup hati saya,
termasuk untuknya, tentang kesempatan yang mungkin saya berikan, saya tidak
bilang begitu. Tergantung bagaimana nanti dia menjelaskan. Ada yang masih
perlu untuk kami selesaikan, atau kami tidak usah bertemu lagi.
Saat ini, saat
saya menulis ini, saya dalam keadaan yang benar-benar baik, saya bisa mengambil
pelajaran bahwa tidak semua yang kita beri bisa kembali dengan hal yang sama.
Tuhan tidak tidur. Ia pasti mengembalikan setiap pemberian kita sekecil apapun
itu dengan yang setimpal, meskipun mungkin dalam bentuk yang berbeda. Dalam hal
ini, dia juga mendapatkan orang yang mencintainya sama seperti dia mencintainya
yang mungkin saya tidak punya cinta sebesar itu untuknya. Saya juga, dari sini
saya sadar bahwa teman-teman benar-benar menyayangi saya dan ingin melindungi
saya dari kesakithatian, bukan dengan menghibur saya, tapi dengan membiarkan
saya melepaskan kesedihan dan mereka selalu ada disisi saya. Lina bilang “I
believe Allah has the best one for you” , saya juga percaya, mungkin dengan
cara seperti inilah Allah memberitahu saya bahwa memang dia diciptakan bukan
untuk saya J
Dengan ini
mudah-mudahan saya bisa terus memperbaiki diri, semakin mendekatkan diri pada
Allah, dan mendapatkan yang baik, yang memang Allah ciptakan untuk menemani
hidup saya, selamanya ., aamiin.
GunungKidul, 14
November 2015
At the most
favorite corner in my room – in a rainy night J